Daftar Isi
Filsafat Bahasa Biasa adalah suatu metodologi yang mendekati masalah filosofis tradisional yang berakar pada kesalahpahaman yang dikembangkan filsuf dengan melupakan arti kata sebenarnya dalam suatu bahasa, dan membawanya dalam abstraksi dan keluar dari konteks.
Pemikiran Utama Filsafat Bahasa Biasa
Tata Cara Analisis
Pemikiran Filsafat Bahasa Biasa pula mempengaruhi kemunculan beberapa tata cara analisis isi pesan komunikasi. Filsafat Bahasa Biasa menimbulkan tata cara analisis yang bertabiat positivistik semacam analisis isi serta yang bertabiat semi- positivistik semacam analisis wacana, Tidak hanya itu, Filsafat Bahasa Biasa pula menimbulkan tata cara analisis semiotika ataupun psikologi- kritis semacam analisis pembingkaian. Tidak hanya itu, tata cara analisis tindak tutur komunikasi yang didasari oleh prinsip aliran Filsafat Bahasa Biasa bisa mengatakan konspirasi serta manipulasi perkata yang dicoba terhadap pemaknaan suatu kabar ataupun tulisan.
Lingustik Pragmatik
Filsafat Bahasa Biasa sanggup mengkaji aspek bahasa secara tertib beriringan dengan penggunaannya dalam kehidupan manusia tiap hari. Pemikiran Filsafat Bahasa Biasa ini yang setelah itu jadi inspirasi untuk pengembangan ilmu linguistik pragmatik. Pengembangan ini merupakan ulasan semantik yang sangat luas serta bermanfaat untuk pengembangan linguistik pragmatik. Saat sebelum pemikiran Filsafat Bahasa Biasa dikemukakan, pengkajian ilmu linguistik senantiasa bertabiat tersusun apik serta memakai tata bahasa yang sangat rumit. Filsafat Bahasa Biasa yang menolak pemakaian logika dalam berbahasa, sukses menghasilkan teori baru dalam bidang bahasa.
Pendidikan
Pendekatan pragmatik dalam Filsafat Bahasa Biasa menolong pengarahan proses pendidikan bahasa yang dilaksanakan pada lembaga pembelajaran resmi. Lewat pendekatan ini, tiap orang bisa melaksanakan kenaikan keahlian terhadap keahlian berbahasa yang dimilikinya. Tugas Filsafat Bahasa Biasa dalam menguraikan den memperjelas konsep sesuatu kata membuat uraian menimpa keberagaman nilai- nilai kepribadian sangat gampang buat dipahami serta diterapkan.
Positivis Logis
Positivis logis sangat dipengaruhi oleh pandangan Bertrand Russell bahwa banyak metafisika tradisional dihasilkan dari analisis yang dangkal dan tergesa-gesa dari bahasa biasa serta oleh pandangan Russell dan Peirce bahwa kegagalan metafisika di masa lalu disebabkan oleh logika yang dibatasi secara sempit yang mencegah mereka dari menganalisis bahasa biasa dengan benar.
Gagasan bahwa metafisika tradisional yang dihasilkan dari pemahaman yang dangkal tentang bahasa biasa telah dikembangkan secara independen dari positivisme logis (walaupun kadang-kadang membingungkan dengan itu) oleh Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle, dan sejumlah besar filsuf Inggris dan Amerika kontemporer.
Seperti para positivis logis, para filsuf bahasa biasa setuju bahwa pertanyaan metafisik tradisional dalam beberapa hal dapat dipahami tetapi perlu dirumuskan ulang secara radikal; tidak seperti positivis, mereka tidak peduli dengan mengulanginya sebagai pertanyaan tentang bahasa sains.
Mereka ingin menunjukkan, sebaliknya, bagaimana pertanyaan metafisik dapat dipecahkan (atau dibubarkan) dengan menunjukkan pengandaian yang kurang jelas tetapi esensial yang memberikan ekspresi linguistik makna yang sebenarnya mereka miliki dalam wacana biasa.
Secara positif, filsuf bahasa biasa menggunakan analisis linguistik (misalnya, penamaan, merujuk, mendeskripsikan, dan sebagainya) untuk menangani masalah metafisika tradisional, dan seperti positivis logis mereka menerima metafisika dalam pengertian positif ini sebagai bidang filsafat yang sah.
Sejarah Perkembangan Filsafat Bahasa Biasa
Filsafat Analitik cenderung mengabaikan bahasa bagaikan sedikit arti filosofis, serta bahasa biasa sangat membingungkan buat menolong membongkar permasalahan metafisik serta epistemologis. Para pendukungnya, tercantum Ludwig Wittgenstein muda, WVO Quine serta Rudolf Carnap, seluruhnya berupaya buat memperbaikinya(” bahasa sempurna”), memakai sumber energi Logika modern, dalam upaya buat buatnya lebih jelas serta buat mewakili secara akurat dunia, buat menanggulangi pertanyaan- pertanyaan filsafat dengan lebih baik.
Tetapi, karya Wittgenstein yang setelah itu tidak diterbitkan pada tahun 1930- an mulai berpusat pada gagasan kalau bisa jadi tidak terdapat yang salah dengan bahasa biasa sebagaimana terdapatnya, serta kalau bisa jadi banyak permasalahan filosofis tradisional cumalah ilusi yang diakibatkan oleh kesalahpahaman tentang bahasa serta subjek terpaut.
Walaupun sangat dipengaruhi oleh Wittgenstein serta murid- muridnya di Cambridge, Filsafat Bahasa Biasa sebagian besar tumbuh serta tumbuh di Oxford pada 1940- an, di dasar Gilbert Ryle, Jalan Austin( 1911- 1960), Peter Strawson serta yang lain, serta lumayan tersebar luas buat sebagian waktu saat sebelum popularitasnya menyusut ekstrem pada akhir 1960- an serta dini 1970- an.