Monisme,Arti Monisme,Monisme adalah,Pengertian monisme,Sejarah Perkembangan monisme,Aliran Monisme

Apa itu Monisme?

Monisme berasal dari bahasa Yunani μόνος atau Monos yang berarti Satu.
Diperkirakan kata ini pertama kali digunakan oleh Christian Wolff untuk menjelaskan suatu posisi filosofis yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah mental (idealisme) atau bahwa segala sesuatu adalah material (materialisme).
Hal ini dimaksudnya dalam upaya untuk menghilangkan dikotomi pikiran dan tubuh dengan mempertahankan klaim bahwa semua realitas pada akhirnya satu dan tak terpisahkan.
Alam semesta pada tingkatan analisis terdalam,akan sampai pada satu hal atau terdiri dari satu jenis materi fundamental.
monisme dan dualisme filsafat,aliran filsafat monisme,makalah filsafat monisme,filsafat aliran monisme,monisme dalam filsafat,aliran monisme dalam filsafat,monisme dan dualisme dalam filsafat,filsafat monisme,monisme adalah,pandangan monisme
Monisme sendiri sangat kontras dengan Dualisme yang berpendapat bahwa pada akhirnya ada dua macam substansi, dan dari Pluralisme yang berpendapat bahwa pada akhirnya banyak jenis substansi.

Sejarah Perkembangan Monisme

Konsep monisme sendiri didasarkan pada konsep monad, berbagai filsuf Pre-Socratic yang menggambarkan realitas sebagai sesuatu yang monistik, dan menyusun berbagai penjelasan untuk dasar realitas ini.
Beberapa filsuf mengira substansi ini adalah prinsip alamiah, seperti Thales yang percaya substansi tersebut adalah air atau misalnya Anaximenes yang mengklaim substansi tersebut adalah udara, atau bagi Heraclitus  yang mana menurutnya adalah api dari pengamatan yang ia lihat sebagai representasi dari prinsip umum bahwa segala sesuatu selalu berubah-ubah.

Selain itu Pythagoras beranggapan bahwa prinsip monistik didasarkan pada hubungan numerik antara matematika dan struktur geometris alam semesta.
Sementara yang lain mengisyaratkan prinsip-prinsip kesatuan yang bahkan lebih abstrak, salah satunya bagi Leucippus dan Democritus yang mengklaim bahwa semua realitas didasarkan pada struktur atom atau ketiadaan struktur atom.
Filsuf yang lain seperti Anaximander menyebut konsepsinya tentang prinsip monistik sebagai Apeiron (yang tidak diketahui) yang merujuk pada esensi tunggal yang darinya semua realitas diturunkan.
Baginya substansi tersebut tidak akan pernah bisa diketahui.
Sementara yang lainnya datang dari konsepsi Parmenides yang mengidentifikasi gagasan “Satu”.
“Yang Satu” ini mencirikan totalitas realitas yakni suatu lingkungan yang sempurna dan tidak bergerak, yang tidak berubah, dan sepenuhnya tidak terbagi.
Parmenides mungkin lebih dekat dengan monisme substantif, sementara filsuf yang lainnya adalah terlihat lebih condong ke arah materialisme.
Konseptualisasi abstrak tentang kesatuan ini kemudian muncul kembali dalam struktur metafisik Plato dan orang-orang sezamannya, meskipun mereka hampir tidak dapat dikategorikan sebagai seorang monist.
Namun filsafat Stoa menyatakan bibit akal budi mewakili roh dan materi dalam kesatuan mutlak, dan semua hal-hal duniawi diturunkan dari suatu entitas dan akan kembali padanya setelah kehancurannya.
Pada era Neoplatonis , khususnya Plotinus yang mengajarkan bahwa ada satu kesatuan absolut yang mendasari semua bentuk dan polaritas duniawi, yang dia sebut sebagai The One.
Menurut Plotinus, semua realitas seperti Pikiran Ilahi (Nous), Jiwa Kosmis (Jiwa), dan Dunia (Kosmos) hanyalah berbagai tingkat pancaran dari Yang Satu ini.
Plotinus menyatakan bahwa, meskipun Yang Esa ini tidak dapat dijelaskan, ia dapat dialami; dengan demikian, berjumpa dengan Yang Esa menjadi tujuan akhir dari usaha mistik, sebuah tren yang dapat dilihat dalam banyak sistem agama-mistik.

Baca Juga:  Konsekuensialisme : Pengantar Filsafat

Aliran – Aliran Monisme

1. Monisme Idealistik

Doktrin ini berpendapat bahwa pikiran adalah semua yang ada yaitu satu-satunya substansi yang ada adalah mental, dan bahwa dunia luar adalah mental itu sendiri, atau ilusi diciptakan oleh pikiran.
Dengan demikian, hanya ada satu realitas , tidak berubah dan abadi, yang oleh beberapa orang disebut sebagai Tuhan, sementara yang lain, seperti filsuf Pra-Socrates seperti Parmenides  hanya melabeli hal tersebut sebagai The One.

2. Monisme Materialistik

Doktrin ini berpendapat bahwa hanya ada satu realitas, materi, baik itu kumpulan atom, zat primitif, pembentuk dunia, atau yang disebut sebagai nebula kosmik yang darinya dunia berkembang.
Aliran ini berpendapat bahwa hanya fisik yang nyata, dan bahwa mental dapat direduksi menjadi fisik.

3. Monisme Netral

Doktrin ini menyatakan bahwa keberadaan terdiri dari satu jenis substansi primal, yang dalam dirinya sendiri bukan mental maupun fisik, tetapi mampu memiliki aspek atau atribut mental dan fisik.
Jadi, ada beberapa substansi netral lainnya dengan beragam label pengistilahan seperti Zat, Alam atau Tuhan, dan baik materi maupun mental adalah properti dari substansi lain yang tidak diketahui.

4. Monisme Refleksif

Ini adalah teori aspek ganda yang berpendapat bahwa satu hal dasar yang menyusun alam semesta berpotensi untuk mewujudkan baik secara fisik maupun sebagai pengalaman sadar yang kemudian dapat memiliki pandangan tentang sisa alam semesta dan diri mereka sendiri.

5. Monisme Substansial

Ini adalah pandangan bahwa hanya ada satu substansi dan bahwa semua keragaman pada akhirnya tidak nyata. Ini pada dasarnya adalah pandangan yang dipertahankan oleh Spinoza.

6. Monisme Atributif

adalah pandangan bahwa ada satu jenis hal tetapi banyak hal individu yang berbeda dalam kategori ini, dan dengan demikian realitas pada akhirnya terdiri dari banyak hal daripada satu.

7. Monisme Mutlak

Ini adalah pandangan yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi dan hanya satu wujud.